Salam Sukses dan Sehat Selalu

Kamis, 04 Agustus 2011

Antibiotik Alami

Keunggulan Antibiotik Alami Sebelum Ditemukannya Antibiotik Modern
10/01/2010 @ 6:29 pm › Dt Awan

Masyarakat termasuk professional kesehatan masih banyak yang salah paham dengan menganggap bahwa temuan antibiotik sintetis modern lebih unggul dibandingkan antibiotik alami. Tahukah Anda bahwa madu, propolis, bawang putih dan minyak kelapa murni, sebenarnya termasuk dalam golongan antibiotik alami super? Keempat bahan alami ini selain berfungsi sebagai makanan, mereka juga berfungsi sebagai antibiotik, peningkat vitalitas, menormalkan kolesterol, menurunkan hipertensi, antikanker, dan membantu untuk penyembuhan sakit jantung.

“Ah, mana mungkin sejarah modern malah mencatat penemuan penicillin sebagai salah satu temuan besar sepanjang sejarah!?!?” OK, untuk lebih jelasnya, saya ajak Anda menyimak artikel liputan6.com berikut ini.

Hati-Hati Mengonsumsi Antibiotik Berlebihan

Liputan6.com, Lantana. Hampir semua orang pernah menjadi pengguna antibiotik, baik dalam bentuk tablet, sirup maupun obat oles. Antibiotik telah 70 tahun lebih digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri, baik untuk penyakit serius maupun ringan. Di antaranya tuberkulosis, kolera, infeksi kandung kemih dan radang amandel. Tapi, selama ini, semuanya dapat diatasi dengan antibiotik.

Belakangan, menurut Constanze Wendt dari Lembaga Ilmu Kesehatan di Heidelberg, sebagaimana dirilis situs kapanlagi, dalam sejumlah kasus, mengonsumsi antibiotik secara tepat bisa mempengaruhi bakteri usus dan dapat memicu diare. Reaksi alergi kulit juga dapat terjadi jika obat oles yang mengandung antibiotik digunakan dalam jangka waktu yang panjang.

Mengonsumsi alkohol saat sedang menggunakan antibiotik, ingat Wendt, juga sangat berbahaya. “Itu dapat memicu komplikasi pada hati sebagai dampak penggunaan alkohol,” terangnya.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, April lalu, sempat membahas kasus resisten obat dalam konferensi di Beijing. WHO berpesan, penyakit berbahaya telah menyebar ke seluruh benua dan meningkat dengan cepat. Diperlukan langkah tepat bagi pasien penderita resisten obat,” ingat WHO.

Kendati demikian, badan dunia untuk kesehatan ini memprediksi, hanya 1 persen kasus pasien resisten menerima perawatan yang tepat tahun lalu. “Kami berjuang keras mengatasi pasien resisten obat,” kata CDC epidemiologi, Dr Laurie Hicks, kepada Associated Press.

Associated Press juga merilis temuan wabah penyakit resisten obat antibiotik di beberapa negara. Seperti di Kamboja, para ilmuwan mengkonfirmasi munculnya kasus pasien resisten obat malaria. Kasus ini bisa mengancam upaya pengobatan penyakit yang telah membunuh 1 juta orang setiap tahun.

Di Afrika, ditemukan kasus baru dalam pengobatan HIV. Para ilmuwan dilaporkan menemui kesulitan mengobati strain HIV yang terdeteksi pada 5 persen pasien baru. Tingkat resistensi obat HIV yang telah membunuh 30 persen pasien HIV di seluruh dunia, juga cenderung meningkat. (ETA)

Sumber: Liputan6.com

Antibiotik Sebenarnya Sudah Ada dan Digunakan Di Jaman Kuno

Seperti Anda baca di artikel Liputan6.com di atas, antibiotik modern ternyata memiliki efek samping dan resistensi tubuh (penolakan dari tubuh pasien) yang mengkhawatirkan. Antibiotik sintetis modern, selain membunuh bakteri penyebab sakit, juga membunuh bakteri menguntungkan yang HARUS ada dalam tubuh kita. Tanpa bakteri menguntungkan ini, kita bisa MATI. Disamping resistensi tubuh terhadap antibiotik modern ini, banyak bakteri yang juga kebal atau tidak mempan lagi terhadapnya.

Antibiotik alami yang sudah ada sejak dunia dijadikan dan telah lama digunakan ribuan tahun yang lalu, sebenarnya jauh lebih unggul dibandingkan temuan antibiotik modern, termasuk penicillin. Beberapa antibiotik alami super tersebut adalah madu, propolis, bawang putih, dan minyak kelapa murni.

Sekarang saya ajak Anda untuk membaca artikel Trubus mengenai Propolis, salah satu antibiotik super:

Perang

Propolis sudah digunakan sejak zaman purba. Bapak kedokteran, Hipokrates (460-370 SM) menganjurkan konsumsi propolis sebagai obat untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Pada era itu propolis digunakan untuk mengatasi beragam gangguan kesehatan seperti mag, luka, borok, dan bisul. Propolis mempercepat pengeringan luka.

Luka

Ketika perang Boer di Afrika Selatan (1888-1902) berkecamuk, propolis berkhasiat sebagai antibiotik. Perang itu merupakan perlawanan kemerdekaan kaum Boer terhadap penjajahan Inggris. Propolis dicampur dengan minyak jeli dan dioleskan pada luka untuk mencegah terjadinya infeksi. Cara itu terbukti ampuh dan efektif melawan bakteri yang resisten terhadap beberapa antibiotik seperti penicillin, ampicillin, methicillin, dan streptomycin. (Red: Anda perlu ingat bahwa Propolis sebenarnya sangat efektif melawan bakteri yang sudah kebal terhadap penicillin dan antibiotik modern lainnya).

Plester

Apa obat luka tak kunjung sembuh? Pada zaman Aristoteles (384-322 SM) obat luka tak kunjung sembuh adalah propolis. Propolis di masa itu dimanfaatkan sebagai perekat plester untuk menutup luka. Selain itu propolis juga digunakan untuk mengatasi bengkak, gangguan pencernaan, dan hati. Aristoteles menulis resep penggunaan propolis dalam buku berjudul Historia Animalium.

Sumber: Trubus-online.co.id

Semua Orang Mau Tidak Mau Harus Beralih ke Pengobatan Alami

Mengapa saya menulis artikel ini adalah karena saya bermaksud untuk mengajak semua orang termasuk semua praktisi medis konvensional, mulai beralih dari pengobatan obat kimia ke pengobatan alami. Antibiotik modern adalah salah satu dari sekian banyaknya obat kimia di dunia ini yang seringkali dipropmosikan atau dipublikasikan lebih paten serta lebih bisa dipercaya jika dibandingkan pengobatan alami.

“Mengapa harus beralih? Apa salahnya dengan pengobatan obat kimia dengan pengobatan alami?

Disisi tertentu, pengobatan obat kimia tidak ada salahnya dan sangat berguna, tapi jika Anda teliti lebih mendalam lagi, pengobatan kimia akan menjadi boomerang dan bom waktu bagi kita manusia serta lingkungan.

Saya tidak mengatakan bahwa SEMUA obat kimia tidak perlu lagi diproduksi dan dikonsumsi. Tidak, karena 1% dari semua obat kimia yang ada juga bermanfaat dan memang diperlukan. Yang HARUS kita sadari dan lakukan adalah semua orang mau tidak mau HARUS BERALIH ke pengobatan alami. Kita semua termasuk praktisi medis konvensional, harus RENDAH HATI dan bersedia untuk memakai alam untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Tahukah Anda apa yang terjadi jika 250 juta penduduk Indonesia memproduksi dan mengonsumsi obat kimia, kemudian membuangnya ke air dan tanah kita? Itu berarti  dalam setahun, sudah berton-ton obat kimia telah kita produksi dan konsumsi, yang kemudian telah meracuni kita dan anak cucu kita. Itu berarti dalam setahun, sudah berton-ton obat kimia telah kita buang dan mencemari alam Indonesia tercinta. Apakah Anda mau minum air dan makan hasil pertanian yang telah tercemari obat-obatan kimia dan memberikannya kepada keluarga Anda?

Menyadari hal ini kita perlu beralih kembali ke pengobatan alami, yang tidak akan meracuni kita dan yang ramah lingkungan. Mau tidak mau, KITA SEMUA (bukan segelintir orang saja) HARUS mengganti obat-obatan kimia tersebut dengan pengobatan yang AMAN. Alamlah jawabannya yang menawarkan solusi kesehatan yang AMAN TANPA EFEK SAMPING, DAN MURAH bagi kita semua.

Kini pengobatan tidak harus kimia dan operasi. Alam pun memiliki keajaiban yang jauh melebihi pengobatan medis LAMA, disajikan secara modern oleh cabang pengobatan holistik modern.

Perlu diketahui bahwa semua jenis penyakit yang ada di dunia ini, sebenarnya bisa disembuhkan tanpa harus memakai obat kimia dan operasi. Stroke, kanker, diabetes, epilepsy, autisme, lupus, sakit ginjal, depresi, multiple sklerosis, AIDS, dan penyakit berat lainnya, bisa disembuhkan secara alami, tanpa harus memakai obat kimia dan operasi.

Yang mengatakan supaya kita harus beralih ke pengobatan alami bukan hanya saya, tapi juga jutaan orang lainnya termasuk para dokter, professor, dan ilmuwan lainnya. Oleh karena kehebatan iklan marketing perusahaan obatlah yang membuat seolah-olah obat kimia dan operasi jadi lebih unggul, paten, serta lebih bisa dipercaya dibandingkan pengobatan alami. Bahkan ketiga tokoh dunia sepanjang masa berikut juga berkata sama dengan kami:

“Dokter masa depan tidak lagi memberi obat, namun akan menempatkan kepentingan pasiennya dalam rangka bimbingan kemanusiaan, bimbingan pengaturan pola makan, dan mengenai penyebab serta pencegahan penyakit.”
Thomas Alva Edison

“Salah satu tugas utama seorang dokter adalah mendidik masyarakat untuk tidak mengambil obat kimia”
Sir William Osler, MD (Bapak Kedokteran Modern)

“Hendaklah makanan menjadi obatmu dan obat menjadi makananmu.”
Hippocrates (Bapak Kedokteran)

Dengan mengikuti program terapi maupun visi-misi Healindonesia Group, Anda telah berpartisipasi dalam melindungi generasi mendatang dan alam Indonesia dari pencemaran obat kimia yang penuh dengan efek samping dan tidak ramah lingkungan.

Perubahan diawali dari diri sendiri, lalu menularkannya ke orang lain, untuk menyembuhkan satu bangsa. Mari bersama-sama kita sembuhkan Indonesia dengan pengobatan alami!

Healindonesia, Dt Awan (Andreas Hermawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

END

Entri Populer: